Tuesday, January 19, 2010

[Coretan] Sorry sir, you're wrong !!!

Tepat 2,5 tahun yang lalu tanggal 20-07-2007 saya mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja. Ada yang mendukung ada juga yang mencemooh tapi menurut saya apa yang salah dengan keputusan itu? saya hanya ingin menjalankan fitrah sebagai wanita. 

Pemikiran saya sederhana saja kok, saya hanya tidak ingin menjadi ibu yang berangkat sebelum matahari terbenam dan sampai rumah setelah matahari tenggelam sehingga dalam satu minggu hanya memiliki waktu dua hari untuk bersama anak dan hanya akan bertemu tiga bulan sekali dengan suami (mengingat pekerjaan suami di luar pulau).
Pemikiran sedikit rumitnya dari faktor ekonomi pun akan ada komponen-komponen biaya hidup yang akan meningkat 
1. Perawatan rumah, yang minimal harus menggaji seorang asisten rumah tangga 
2. Perawatan anak, kalau ini tidak perlu disebutkan lagi semua orang sudah tahu berapa biaya untuk memperkerjakan seorang babysitter belum lagi resiko pada anak krn saya tidak tahu apa yang babysitter lakukan saat saya tidak ada.
3. Hiburan dan mainan anak, dengan ditinggalnya anak dan pengasuh maka saya akan lebih berpikir untuk banyak memberikan hiburan dan mainan anak agar tidak bosan.
4. Makan di luar, dengan sedikitnya waktu untuk memasak maka saya dan suami akan lebih sering makan di luar terutama pada saat jam makan siang. Biaya akan sangat berbeda signifikan jika saya membeli bahan makanan dan memasaknya sendiri di rumah.
5. Transportasi PP ke tempat kerja, kalau tadinya hanya suami yang mengeluarkan biaya transportasi sekarang saya pun harus mengeluarkannya (bensin, karcis tol, parkir dll)
6. Biaya pulsa telepon atau tagihan telepon rumah akan meningkat mengingat akan terpisahkan jarak dengan suami yang berada di luar pulau. 
7. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan (pakaian kerja, accesoris kerja, sepatu, tas dll)

Setelah dihitung-hitung sisa uang kami berdua (penghasilan saya + suami) lebih kecil daripada bila hanya satu orang yang bekerja maka dilihat dari sisi ekonomi akan lebih baik bila hanya satu orang saja yang bekerja. 
Tapi kadang-kadang kuputusan untuk memiliki dua income tidak selalu didasarkan pada ekonomi, ada beberapa alasan mungkin untuk mengisi waktu, untuk kesenangan, aktualisasi, bersosialisasi atau hal-hal lain di luar faktor ekonomi. Alasan tersebut tidak salah tapi saya pribadi hanya berpikir apakah hal tersebut sebanding dengan hal-hal non material yang saya korbankan, seperti waktu yang hilang bersama anak, kemudian dalam merawat anak, kebersamaan dengan suami.

Selama satu minggu saya diberikan waktu kembali untuk memikirkan kembali keputusan yang telah saya buat itu. Sempat saya ragu setelah mendengar beberapa tawaran menggiurkan tentang penempatan yang saya inginkan, tapi saya tetap pada pendirian bahwa saya mengundurkan diri dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Saya ingat beberapa hal yang disampaikan oleh 'seseorang yang tidak dapat disebutkan namanya' pada saat itu bahwa menjadi ibu rumah tangga hanya akan menghambat potensi, emosi seorang wanita yang ‘hanya’ ibu rumah tangga.. mengapa saya menggunakan tanda “” krn sejujurnya saya tidak setuju dengan sebutan ‘hanya’ yang seolah-olah menjadi ibu rumah tangga itu adalah pekerjaan yang sangat rendah. Ok kita kembali ke topik bahwa emosi seorang ibu rumah tangga cenderung labil krn kurangnya berinteraksi dengan orang, kemampuan berpikir pun akan jauh berkurang dibandingkan dengan wanita bekerja. Saya mantap dengan pendirian dan keputusan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan dan tidak melanjutkan kuliah master yang saya rencanakan sebelumnya.

“Ingat kata-kata saya Julia, kalau dalam jangka dua tahun kamu tidak menyesal dengan keputusan yang telah kamu buat, kamu boleh memotong kuping saya.”

Pada awalnya saya menganggap pekerjaan rumah tangga hanyalah pekerjaan sederhana, tetapi setelah dijalani saya baru sadar ternyata pekerjaan rumah tangga itu sangat rumit. Seorang ibu tidak memiliki jam kerja tertentu artinya, tugasnya di mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi.bahkan menjadi ibu rumah tangga, berarti banyak belajar, seperti belajar manajemen, baik manajemen rumah tangga, manajemen keuangan sampai manajemen qolbu. Belum lagi tempat tinggal kami yang bukan di kota besar dengan keterbatasan fasilitas yang ada membuat kami hidup dengan penuh tempaan. Minggu-minggu pertama memang begitu menyiksa, saya yang biasa dengan rutinitas perkantoran, bertemu dengan banyak orang tiba-tiba dihadapi dengan kondisi seharian hanya bertemu suami dan tukang sayur. Rutinitas saya berubah drastis, setelah bangun pagi yang biasanya saya hanya mandi menyiapkan sarapan dan bersiap untuk pergi ke kantor maka saat itu saya harus membereskan seluruh sudut rumah, menyiapkan sarapan, mencuci baju, menyetrika, memasak dan sekarang setelah hadirnya anak maka rutinitas bertambah dengan memandikan, memberi makan , mengurus anak dan terus berulang setiap hari tanpa henti. 

Saya ibu rumah tangga sekaligus pembantu, babysitter, tukang kebun, koki, akuntan, psikolog dan perawat. Tapi hanya butuh beberapa minggu saja saya beradaptasi dan terbiasa dengan semuanya. Ternyata dari semua kebosanan itu hanya satu obatnya ‘ikhlas’, saya kembali merenung apa tujuan dari hidup saya, ya saya hanya ingin menjadi seorang istri yang selalu bisa mendampingi suami, saya hanya ingin menjadi ibu yang merawat anak degan tangan saya sendiri bukan tangan pembantu bukan dengan tangan babysitter atau dengan tangan orang tua saya (nenek/kakek). Saya hanya ingin menjadi orang yang pertama tahu kapan anak saya bisa pertama kali tengkurap, merangkak, berjalan, kapan gigi anak saya tumbuh, saya hanya ingin menjadi orang yang pertama dicari oleh anak saya jika menangis bukan mencari pembantu, babysitter dan saya hanya ingin jika anak saya sudah besar nanti sayalah orang pertama yang dilihat saat ia pulang sekolah. 

Ya saya sanggup bersusah payah manjalani karier sebagai ibu rumah tangga walaupun kadang selalu diremehkan dan tidak mendapat pengakuan yang layak hanya karena saya sangat mencintai suami dan anak yang diamanahkan Allah kepada saya.

Alhamdulillah menjadi ibu rumah tangga ternyata tidak menghambat potensi saya seperti yang pernah dibilang dahulu, waktu saya menjadi lebih fleksible dalam mempelajari hal-hal yang saya minati. Masalah emosi labil atau stabilnya menurut saya kembali ke pribadi masing-masing kalau kadang ada rasa emosi menurut saya wajar sebagai seorang manusia. Jika dibilang kemampuan berpikir akan berkurang saya sangat tidak setuju, zaman sekarang sangat mudah mendapatkan informasi, ilmu, pengetahuan dan bahkan kesempatan belajar dalam segala bidang jauh lebih luas untuk saya saat ini.

Saya sama sekali tidak menyesal dengan keputusan besar yang saya buat 2.5 tahun lalu. 

Sorry sir, you’re wrong !!! 
I’m happy to be full time mommy…….. 

*kalau ada waktu saya akan datang menagih janji untuk memotong kuping 'seseorang yang tidak dapat disebutkan namanya' itu* ^_^hehehe

14 comments:

  1. selamat, sudah berani mengambil keputusan besar
    walaupun ternyata FTM keliatannya lebih enteng,
    tp begitu dijalani brasa kan rumitnya?? hehehe

    ReplyDelete
  2. pengalamannya sama dgn saya mba....masih byk orang yang memandang status sbg pegawai lbh tinggi daripada status sbg ibu rumah tangga, termasuk di keluarga besar saya......padahal dimata Allah semua status itu sama aja ya mba.....
    Good luck mba...enjoy for being a full mommy....

    ReplyDelete
  3. selamat ya mba, sdh berani mengambil kptsan besar dlm hdp...., fight till d end....:)

    ReplyDelete
  4. salut... saya juga sedang dalam proses memantapkan hati untuk resign dan menjadi FTM.. mudah2an sih setelah jadi FTM tetep bisa sukses kayak @bunda2f hehe...

    ReplyDelete
  5. hwoooo... salah itu kata2 si "seseorang". Baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja ya sama beratnya. Tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk. Masing2 ada kelebihan dan kekurangannya. Tergantung pribadi masing2 lah. Kalau menurut aku pribadi, menjadi ibu rumah tangga kerjaannya lebih berat loh (walaupun saat ini saya masih bekerja dan kemungkinan tidak akan resign dalam waktu dekat, hehe..)..

    ReplyDelete
  6. iya.. palingsering yang saya dengar "duh enaknya jadi FTM bisa santai-santai di rumah" padahal.... :)

    ReplyDelete
  7. Semua harus terus dijalani dengan ikhlas
    dan ridha untuk mendapat `gaji` berupa palaha tak terhingga dari Allah swt.
    Juga `bonus` berupa surga jika patuh pada suami. Insya Allah.

    ReplyDelete
  8. trimakasih... semuanya hanya untuk haura dan papanya :)

    ReplyDelete
  9. apapun pilihan yang kita ambil selalu ada lebih kurangnya , sekarang hanya tinggal kita menjalaninya dengan ikhlas :)

    ReplyDelete
  10. happy full timer yaaa....senang2 tiap hari ma haura

    ReplyDelete
  11. mba, thanks for sharing ya...
    udah hampir setahun nih jadi FTM. Tapi baru februari ntar bakal beneran jadi IRT.... pindahan ke kaki gunung bareng suami dan dua anak...huhuhuu.....

    ReplyDelete
  12. tiap detik tiap menit tiap jam pokonya tiap waktu ma haura ^_^

    ReplyDelete
  13. walcome 2 d'club :) huaaa pindah kemana nih ?? gak pernah mampir jadi gak tau berita terbaru... meluncurrrr :)

    ReplyDelete