Kenapa saya bilang jalan-jalan agar energi positif yang keluar *haiyah* soalnya kalau bilang berobat kayanya sedih banget.
Hari Kamis pagi (02 Des) kami pergi ke Balikpapan berbekal rujukan dari dokter perusahaan karena di Berau tidak ada dokter rehab medik dan dokter spesialis saraf padahal alat-alat terapi di RSUDnya lengkap loh tapi dokter rehab mediknya yang tidak ada. Paramedis disana juga tidak berani menterapi saya karena kondisi saya yang sedang hamil.
Alhamdulillah penerbangan tidak delay dan tiba tepat pada waktunya langsung saja kami meluncur ke RSP Balikpapan. Sesampainya di Rumah Sakit Papanya Haura ribet mendorong-dorong koper untung saja kami bawa stroler jadi Haura duduk manis di strolernya tidak lari kesana kemari. Setiap bertemu orang yang ditanyakan pasti "mau melahirkan ya bu ?" soalnya melihat perut saya yang besar belum lagi repot dorong-dorong koper dan stroler Haura ....
Setelah menunggu 2 (dua) jam karena ternyata data-data medis saya hilang terselip entah dimana *cape deh*. Untung saja di klinik fisioterapi banyak alat-alat yang bisa dimainkan Haura dari mulai trampolin, tangga kayu, sepeda dll. Para perawatnya pun baik dan ramah apalagi mereka tahu kalau kami berasal dari Berau, saya pun disuguhkan minuman dan snack padahal pasien yang lain tidak ada yang diberikan.
Setelah bercas-cis-cus dengan dr. rehab medik akhirnya ditarik kesimpulan bahwa respon tangan kiri dan kaki kanan saya lemah dan lagi-lagi dokter menyebut kemungkinan tidak bisa partus normal. "Jadi tolong dipersiapkan mentalnya saja ya bu, jangan kepikiran mau normal" ya sudah pasrahhhhh saja ...
Saat itu saya mendapat tindakan terapi dengan disinar IR dan Tens (dialiri listrik) selama 30 menit. Dalam satu hari saya harus 2 (dua) kali terapi, pagi dan malam hari. Tapi betapa kagetnya saya setelah terapi pertama saya merasakan gerakan janin berkurang jauh padahal sebelumnya aktif sekali. Saat terapi ke-2 pada malam harinya tiba-tiba dokter menegur perawat yang sedang menempelkan tens di pinggang (daerah belakang perut) saya.
"Loh ko ditempelkan disitu?" Tanya dokter pada perawat
"Iya dok tadi pagi juga saya terapi disini."
"Ibu ini kan sedang hamil tidak boleh disitu bisa bahaya dan berpengaruh pada janinnya apalagi dialiri listrik seperti itu."
WHAT ??????????? seketika saya langsung panik dan keringat dingin
"Di telapak kaki saja toh syarafnya sama saja kan. Gimana sih?"
Sesampainya di hotel kami langsung gelisah dan khawatir takut terjadi sesuatu pada bayi kami walalupun dokter bilang mungkin bayinya hanya stres sebentar kaget dialiri listrik. Apalagi gerakan-gerakan lincah itu sempat saya tidak merasakannya lagi hanya sesekali seperti ada tendangan kecil di daerah bawah perut itu pun pelan tidak seperti biasanya.
Besok paginya sebelum terapi kami berencana konsultasi ke DSOG sekalian USG 4D untuk melihat keadaan bayi secara detail di dalam sana. Setelah mengantri selama 3 jam dan saat giliran kami masuk, tiba-tiba DSOGnya mendapat telepon bahwa akan ada yang melahirkan. Walhasil konsultasi pun singkat sekali dan hasil usg 4D sangat mengecewakan. Ughh dah keluar uang banyak tapi di dalam ruangan DSOGnya hanya sekitar 3 menit
Masih belum tenang dengan gerakan bayi yang lemah akhirnya besok harinya sebelum pulang ke Berau kami sempatkan untuk konsultasi ke DSOG yang berbeda berdasarkan rekomendasi perawat DSOG yang kemarin. DSOG ini bernama Rully *nama lengkapnya lupa*
Betapa kagetnya kami saat bertemu dr. Rully ternyata masih muda umurnya 32 tahun dan belum menikah. Orangnya talkatif dan sangat ramah, di dalam ruangan dokter pun kami mengobrol dan becanda seperti teman. Saya diperiksa selama 1 jam, seumur hidup saya baru pertama kali konsultasi dengan dokter khususnya DSOG selama itu.
"Dok, ini gak kelamaan ya ?"
"Tenang saja bu, saya gak puas kalau belum dapat wajah bayinya. Lagian Ibu dan Bapak kan sudah bayar mahal-mahal kalau sebentar rugi." sambil tertawa
Semua dijelaskan secara detail, pertanyaan saya seputar kehamilan dan kesehatan dijawab dengan lengkap. "Seandainya di Berau ada DSOG seperti dr. Rully ini" ucap papanya Haura.
Dr.. Rully pun menyayangkan tindakan perawat yang sembrono karena mengalirkan listrik di pinggang saya karena kalau bayinya tidak kuat akan menyebabkan kematian mendadak *Astaghfirullah* untung saja bayinya kuat. Alhamdulillah kondisi bayi sehat dan diharapkan saya mengurangi aktivitas atau kalau perlu bed rest untuk sementara waktu. Dan satu hal yang membuat saya sedih bahwa saya tidak boleh menyetir mobil lagi dan berarti Haura berhenti sekolah dulu sampai waktu yan tidak ditentukan.
Saat ini kami sudah kembali ke Berau dan syukur alhamdulillah gerakan bayi sudah aktif dan lincah kembali. Untuk terapi akhirnya papanya Haura membelikan lampu sinar infra red untuk terapi di rumah daripada bolak-balik ke Rumah Sakit. Saya pun kembali mendisiplinkan diri untuk tidur di alas yang keras tidak tidur di springbed lagi .
Haura sangt pengertian sekali kalau tahu saya akan mengangkat barang-barang "Sama aku aja ma, mama kan lagi sakit." Kadang membawakan minuman "Ini ma, mama haus kan. biar sehat mama sama adiknya."
Belum lagi sebelum tidur siang atau malam Haura menyelipkan doa untuk Mama dan adik.
Setelah membaca al-fatihah, doa orang tua dan doa mau tidur tiba-tiba aku mendengar Haura berdoa "Ya Allah, sembuhkan Mamaku yaa, sehatkan adik Hauko juga yaa. Biar Mama bisa main sama aku lagi bisa gendong aku lagi. Ya Allah ya ? sembuhin ya ...plisss"
Saya tersenyum dan kadang meneteskan airmata mendengar doa tulusnya...
Ya Allah terimakasih atas semua anugerah yang telah Kau berikan... terimakasih karena mengelilingiku dengan orang-orang yang penuh cinta dan kasih sayang ......
Hari Kamis pagi (02 Des) kami pergi ke Balikpapan berbekal rujukan dari dokter perusahaan karena di Berau tidak ada dokter rehab medik dan dokter spesialis saraf padahal alat-alat terapi di RSUDnya lengkap loh tapi dokter rehab mediknya yang tidak ada. Paramedis disana juga tidak berani menterapi saya karena kondisi saya yang sedang hamil.
Alhamdulillah penerbangan tidak delay dan tiba tepat pada waktunya langsung saja kami meluncur ke RSP Balikpapan. Sesampainya di Rumah Sakit Papanya Haura ribet mendorong-dorong koper untung saja kami bawa stroler jadi Haura duduk manis di strolernya tidak lari kesana kemari. Setiap bertemu orang yang ditanyakan pasti "mau melahirkan ya bu ?" soalnya melihat perut saya yang besar belum lagi repot dorong-dorong koper dan stroler Haura ....
Setelah menunggu 2 (dua) jam karena ternyata data-data medis saya hilang terselip entah dimana *cape deh*. Untung saja di klinik fisioterapi banyak alat-alat yang bisa dimainkan Haura dari mulai trampolin, tangga kayu, sepeda dll. Para perawatnya pun baik dan ramah apalagi mereka tahu kalau kami berasal dari Berau, saya pun disuguhkan minuman dan snack padahal pasien yang lain tidak ada yang diberikan.
Setelah bercas-cis-cus dengan dr. rehab medik akhirnya ditarik kesimpulan bahwa respon tangan kiri dan kaki kanan saya lemah dan lagi-lagi dokter menyebut kemungkinan tidak bisa partus normal. "Jadi tolong dipersiapkan mentalnya saja ya bu, jangan kepikiran mau normal" ya sudah pasrahhhhh saja ...
Saat itu saya mendapat tindakan terapi dengan disinar IR dan Tens (dialiri listrik) selama 30 menit. Dalam satu hari saya harus 2 (dua) kali terapi, pagi dan malam hari. Tapi betapa kagetnya saya setelah terapi pertama saya merasakan gerakan janin berkurang jauh padahal sebelumnya aktif sekali. Saat terapi ke-2 pada malam harinya tiba-tiba dokter menegur perawat yang sedang menempelkan tens di pinggang (daerah belakang perut) saya.
"Loh ko ditempelkan disitu?" Tanya dokter pada perawat
"Iya dok tadi pagi juga saya terapi disini."
"Ibu ini kan sedang hamil tidak boleh disitu bisa bahaya dan berpengaruh pada janinnya apalagi dialiri listrik seperti itu."
WHAT ??????????? seketika saya langsung panik dan keringat dingin
"Di telapak kaki saja toh syarafnya sama saja kan. Gimana sih?"
Sesampainya di hotel kami langsung gelisah dan khawatir takut terjadi sesuatu pada bayi kami walalupun dokter bilang mungkin bayinya hanya stres sebentar kaget dialiri listrik. Apalagi gerakan-gerakan lincah itu sempat saya tidak merasakannya lagi hanya sesekali seperti ada tendangan kecil di daerah bawah perut itu pun pelan tidak seperti biasanya.
Besok paginya sebelum terapi kami berencana konsultasi ke DSOG sekalian USG 4D untuk melihat keadaan bayi secara detail di dalam sana. Setelah mengantri selama 3 jam dan saat giliran kami masuk, tiba-tiba DSOGnya mendapat telepon bahwa akan ada yang melahirkan. Walhasil konsultasi pun singkat sekali dan hasil usg 4D sangat mengecewakan. Ughh dah keluar uang banyak tapi di dalam ruangan DSOGnya hanya sekitar 3 menit
Masih belum tenang dengan gerakan bayi yang lemah akhirnya besok harinya sebelum pulang ke Berau kami sempatkan untuk konsultasi ke DSOG yang berbeda berdasarkan rekomendasi perawat DSOG yang kemarin. DSOG ini bernama Rully *nama lengkapnya lupa*
Betapa kagetnya kami saat bertemu dr. Rully ternyata masih muda umurnya 32 tahun dan belum menikah. Orangnya talkatif dan sangat ramah, di dalam ruangan dokter pun kami mengobrol dan becanda seperti teman. Saya diperiksa selama 1 jam, seumur hidup saya baru pertama kali konsultasi dengan dokter khususnya DSOG selama itu.
"Dok, ini gak kelamaan ya ?"
"Tenang saja bu, saya gak puas kalau belum dapat wajah bayinya. Lagian Ibu dan Bapak kan sudah bayar mahal-mahal kalau sebentar rugi." sambil tertawa
Semua dijelaskan secara detail, pertanyaan saya seputar kehamilan dan kesehatan dijawab dengan lengkap. "Seandainya di Berau ada DSOG seperti dr. Rully ini" ucap papanya Haura.
Dr.. Rully pun menyayangkan tindakan perawat yang sembrono karena mengalirkan listrik di pinggang saya karena kalau bayinya tidak kuat akan menyebabkan kematian mendadak *Astaghfirullah* untung saja bayinya kuat. Alhamdulillah kondisi bayi sehat dan diharapkan saya mengurangi aktivitas atau kalau perlu bed rest untuk sementara waktu. Dan satu hal yang membuat saya sedih bahwa saya tidak boleh menyetir mobil lagi dan berarti Haura berhenti sekolah dulu sampai waktu yan tidak ditentukan.
Saat ini kami sudah kembali ke Berau dan syukur alhamdulillah gerakan bayi sudah aktif dan lincah kembali. Untuk terapi akhirnya papanya Haura membelikan lampu sinar infra red untuk terapi di rumah daripada bolak-balik ke Rumah Sakit. Saya pun kembali mendisiplinkan diri untuk tidur di alas yang keras tidak tidur di springbed lagi .
Haura sangt pengertian sekali kalau tahu saya akan mengangkat barang-barang "Sama aku aja ma, mama kan lagi sakit." Kadang membawakan minuman "Ini ma, mama haus kan. biar sehat mama sama adiknya."
Belum lagi sebelum tidur siang atau malam Haura menyelipkan doa untuk Mama dan adik.
Setelah membaca al-fatihah, doa orang tua dan doa mau tidur tiba-tiba aku mendengar Haura berdoa "Ya Allah, sembuhkan Mamaku yaa, sehatkan adik Hauko juga yaa. Biar Mama bisa main sama aku lagi bisa gendong aku lagi. Ya Allah ya ? sembuhin ya ...plisss"
Saya tersenyum dan kadang meneteskan airmata mendengar doa tulusnya...
Ya Allah terimakasih atas semua anugerah yang telah Kau berikan... terimakasih karena mengelilingiku dengan orang-orang yang penuh cinta dan kasih sayang ......
Attachment: adik1 new.jpg
No comments:
Post a Comment